Senin, 26 Agustus 2013

Manja, Minta Ditonjok, dan Kerendahan Hati

Gue entah kenapa kalo nulis suka pikirin judulnya duluan, setelah gue merangkum apa yang gue mau tulis di dalam pikiran. Entah kenapa.

Anyway, hari ini gue membaca sebuah tweet yang berkata:

"Ngeliat cowok manja, minta ditonjok!"

Begitulah kira - kira isi tweetnya.

Sebagai mantan cowok manja (atau masih manja? Silakan berpendapat sesudah mengetahui duduk perkaranya), yang gak dibolehin orangtua naik kendaraan sendiri (sampai sekarang!), yang kalo duit abis diisiin langsung, hati gue bergejolak dalam berbagai macam rasa.

"Lu gak tau gimana rasanya dimanjain!"
"Gue gak pernah minta untuk dimanja!"
"Gue selalu dikekang!"
Dan lain sebagainya.

Mungkin, mungkin saja, inilah yang menyebabkan gue cacat gawat...

Tapi, mengingat kata - kata seorang romo diosesan yang kepadanya gue ngaku dosa, kita harus mengurangi argumen, dan berjuang untuk lebih rendah hati. Jadilah gue melakukannya sambil berpikir.

"Sebagai orang yang kurang, gue harus rendah hati dan mendengarkan, siapa tahu yang berkelebihan mau membagikan sesuatu, entah itu rahasia hidup mandiri, cara - cara lepas dari kekangan orang tua, dan sejenisnya.

Gue inget kata - kata seorang instruktur di pelatihan Hitman System:

"...Orangtua maunya hasil jadi. Orangtua gak mau lihat proses. Jadi lu harus memberikan hasil..." sekalipun itu berarti kita harus melawan aturan... yang dibuat oleh orang tua kita sendiri... haruskah begitu?

Entah apa hubungannya dengan manja - memanja. Mungkin soal nyetir ya.

Setelah melihat video ini, gue menemukan bahwa kemanjaan gue disebabkan oleh 3 faktor:

1. Hidup dengan standar cewek
Gue deket dengan perempuan. Sejak kecil gue dimandiin sama oma dan babysitter gue. Waktu SD, gue main sama temen cewek (petak umpet, pocong cina - yang ini bikin mereka takut! - dan bahkan tukeran bekal serta ngobrol dengan cewek. Pas gedean, gue lebih deket dan sering berlindung sama nyokap kalo bokap gue ngamuk kala misalnya gue gak bisa matematika. Buku gue sampe dilempar ke luar rumah, men, gak sampe lewat pagar, but you get the point. Hasilnya adalah seorang cowok dengan virtues layaknya seorang cewek.

2. Bapak adalah anak bungsu kesayangan
"Aduh, matilah, dibunuh Djun Fong!" Katanya sih, begitulah kata yang terucap oleh ibunya bokap gue ketika dia pergi menghilang entah kemana di sebuah tempat yang ramai, lupa dimana sih. Bokap gue adalah anak kesayangan kakeknya, sampe dia diwarisi pedang yang katanya warisan jaman Sriwijaya. Pedang itu sekarang hilang.

3. Orangtua overprotektif
"Jalanan sekarang bahaya! Orang - orang gak tau aturan!" Begitu kata nenek dan nyokap gue pas gue bilang gue mau berangkat sendiri ke tempat tujuan. Entah seberapa besar pengaruh media seperti koran Berita Kota yang isinya kecelakaan melulu, tapi menurut gue, jalanan itu cuma berbahaya kalo:

1. Lu gak tau hukum dan adat yang berlaku di jalanan, dan
2. Ada orang yang mabok.
3. Bonus, ada model cantik yang stres, dan dia cuma pake beha.

Apapun alasannya, gue paling banter dikasih naik taksi atau bajaj. Busway? Sejak gue kecolongan di depan f(x), gue jadi jarang naik busway.

4. Orangtua memiliki justifikasi atas aksi - aksinya
"Mami tuh begini karena mami peduli sama kamu! Orangtua lain gak peduli!" begitu kata nyokap gue ketika gue berargumen saat gue mau nyetir sendiri, naik sepeda ke jalanan gede, dan ketika gue nyaris pindah gereja.

5. Gue adalah anak yang sombong, sekalipun gue rajin menabung.
Gue sering merasa bisa, lebih dari batasan gue sebenarnya. Gue juga mengalami kesulitan dalam masalah kerendahan hati (selain itu juga ada masalah pamer, kegetiran, walaupun udah mending tapi kadang kambuh, dan bau ketek setiap kali gue lupa pake MBK). Mungkin gue harus pake gelang yang dikasih dari BPK Penabur itu.

Yang ini, loh. (Gak ada di inet)



Yeh, bahkan 5 alasan. Lupa gue kasih kekeraskepalaan dan pikiran yang buru - buru di nomer 5. Tapi begitulah gue, anak yang dulunya disebut freak ini, sudah mulai tumbuh dewasa, dan rasa frustasi semakin berkurang.

Btw, expect more posts... Maybe it will include talks about faith.