Senin, 10 November 2014

Katholikos

Lanjutan cerita dari Apostasia, bagian ini ngejelasin awal perjalanan pulang gue ke padang rumput yang hijau, rumah sejati, Gereja Katolik.


Ketika sudah cukup kerja Iblis

Dan hati Tuhan sudah teriris
Maka Ia mulai menarik seek or domba
Yang masuk perangkap mereka yang tidak menghamba
Kepada Allah yang Mahakuasa
Cukup sudah, kalian para penyesat!
Berapa lama lagi kalian akan bersiasat
Agar hidup orang yang tak berpengetahuan tamat?
Ia akan menyelamatkannya dari maut,
Karena doa seorang yang tulus, para setan carut marut.

Gue belakangan baru tahu kalo tante Theresia mendoakan gue selama waktu kesesatan gue, walaupun tentu saja dia gak tahu apa yang gue lakukan. Setelah pulang dari bangka, gue gak tahan lagi dan karena sebelumnya sering ngestalk akun Twitter lesbian (what? Yes, I am that weird), akhirnya...

Hari - hari berlanjut tanpa gue sadar akan dosa gue. Sementara itu, gue ketemu account Twitter Jet Veetlev, salah satu pendiri Hitman System. Gue mulai baca - baca.... Seandainya gue gak baca, betapa baiknya kehidupan gue waktu itu. Penyebabnya adalah gagal mendapatkan seorang cewek, ceritanya gue mati kutu gak mau ngapain. 

Pencarian terus berlanjut. Attitude gue belum berubah. Puncaknya, masa Prapaskah. Gue mengalami kesulitan ketika Jumat Agung, ada upacara penyembahan salib. Nyokap gue bener - bener marah coy. Katanya gak mau peduli lagi. Mau gue ke gereja setan mungkin akan dibiarin. Untung gue kepoin WA dan tante Theresia melunakkan sikap nyokap gue. Dan gue lupa kenapa, tapi beberapa hari setelah paskah, gue mengaku dosa untuk pertama kalinya dalam jangka waktu bertahun - tahun, seinget gue. Pengakuannya masih jelek, tapi... gue antara bingung dan menipu, gue bilang mungkin gue suka co - tat** gara - gara dulu gue gak bisa boker dan dijebol pake jari sama opa gue, padahal kalo gue pikir lagi, itu gara - gara gue nonton bokep. Bukan bokep homo juga, korban di video itu cewek.

Yes, that is the push of the Holy Spirit. Tapi itulah awal dari kekacauan yang berlangsung selama lebih dari setahun. Jadi begini. Menurut aturan gereja, jika seseorang memperlakukan Tubuh Tuhan dengan tidak layak, dia otomatis terekskomunikasi (excommunicatio latae sententiae). Pastur pengakuan gue tahu itu. Tapi dia gak bilang soal aturan gereja. Dia cuma bilang suruh cari bantuan psikolog (berhubungan dengan keinginan menjadi perempuan) dan tidak memberi absolusi.

Ketika gue mulai mencoba belajar ajaran iman, gue menemukan bahwa tanpa absolusi, kita masih berdosa. Tapi gue belom tahu kalo gue diekskomunikasi. Maka itu gue minta absolusi dari pastor paroki. Dia yang tidak tahu menahu soal masalah gue, main kasih aja. Padahal yang bisa melepas ekskomunikasi adalah paus, dan untuk kasus kasus tertentu, uskup atau pastor kepala yang ditunjuk uskup.


Twilight's over, we say,

But could i see? Nay!
A wretched worm that i am
Knowing nothing, blindly seeking
I still haven't found what i'm looking for*!
Did not know the will of the heavenly King
I tried ascending the heavens without the key for the door!

Lalu gue mulai mencoba hidup religius. Oh i tried. Mulai dari skapulir (sampe sekarang belom diomongin ke orang Karmelit, skapulirnya coklat), misa harian, sampai novena 3 Salam Maria. Waktu itu gue juga suka mengunjungi Sakramen Mahakudus - the very sacrament i sacrileged. Gue lemah, pengakuan bisa 3 kali seminggu karena paranoid dan emang belum ada akar agama di dalam hati... Oh, Hitman System semakin merasuk di kepala gue, gue pengen dapet cewek - menyedihkan. Akhirnya, Juli 2013, gue ikut seminarnya

Mulai saat itu sampai beberapa bulan ke depan, hidup gue sangat Hitman System banget. Ngehit, Jerk Joke, sampe mencoba ngobrol sama anak gereja yang ternyata temen masa kecil gue - begitulah pengakuannya. Jujur, gue gak inget. Gue inget kakaknya justru. 

Tapi makin lama, pikiran gue makin kacau. Gue mulai mendengar suara - suara. Suara - suara yang dulu ada pas gue masih terikat doktrin Adventis masih ada dan gue mengira itu namanya suara hati. Suara ini kadang bisa muncul bertentangan - ada dua pihak suara dan gue sangat kebingungan. Ketika satu sisi berkata "ya" sisi lain berkata "tidak". Kebodohan ini berlangsung selama setahun dan sampe 2 hari yang lalu masih kumat. Sekarang biasanya suara yang muncul menggoda seperti setan... 

Tapi beberapa hal yang baik pada masa ini adalah gue mulai mengenal para santo. Santo Yohanes Maria Vianney termasuk di antara para santo yang dapat mengupas selubung kepalsuan keagamaan gue, lagi dan lagi. Thomas Kempen juga membantu. Namun gue jatuh terus ke dalam lubang kesombongan. Gue pernah bertanya, "apa yang gue lewatkan? kenapa gue jatuh terus ke dalam lubang yang sama?" Gue pernah baca artikel yang membahas tentang ekskomunikasi, tapi sayangnya, gue gak begitu inget apa yang terjadi saat itu. Yang jelas, kemalanganku berlanjut. Gue jatuh setiap hari.

Soal teknis, gue mulai mengenal komuni rohani. Gue mulai mengenal Rosario. Gue mulai mencari pengajaran yang sayangnya berujung di akun twitter garis keras Katolik. Tidak usah diberitahu nama akunnya apa disini, tanya anak twitter pasti tau. Gue mencoba menerima komuni berlutut (beberapa kali terus gue gak lakukan lagi), mencoba menjadi contoh baik bagi orang berdosa (yang lebih sering gagal karena gue sering lupa bahwa guelah orang yang paling berdosa di lingkungan gue. Bayangkan berapa kali komuni yang gue terima ketika masih dalam masa ekskomunikasi), dan minum bir.

Oh, iya, waktu itu ada yang bawa rum putih Bacardi, yang bawa sama gue mabok. Jadi begini. Seorang mahasiswi minta dibikinin 3D sama seorang teman. Hadiahnya ya Bacardi itu. Setelah mendapatkannya, teman ini beli gelas plastik, Sprite, dan dicampurlah itu berdua. Gue yang nyoba doang akhirnya nyoba yang udah dioplos, kira kira 2-3 cm dalemnya, sekali tenggak.

Beberapa hari kemudian, gue mengaku dosa... tanpa tahu akan status ekskomunikasi. Kehidupan seakan normal, padahal gue sangat abnormal. Gue ikut Kursus Evangelisasi Pribadi 2014. Lalu datanglah periode jatuh bangun dimana kehidupan keagamaan gue mulai kendor. Perlahan tapi pasti, kejahatan diri gue mulai terlihat. (Harus gue akui bahwa sampai beberapa hari yang lalu, sebelum gue menulis Apostasia, gue masih seperti buronan. Begitu gue tulis, selama gue menulis, berkeringat tangan gue dua - duanya. Oke, kembali ke laptop) Motif - motif yang gue kira baik, ternyata dinyatakan oleh gereja buruk. Misalnya adalah membuat tanda salib. Gue pikir gue bisa bersaksi dengan membuat tanda salib di depan umum. Tapi siapakah buronan yang bisa bersaksi dengan baik, kecuali ketika ia mengakui kejahatannya? Hanya kesombongan yang aku dapat.

Dapatkah aku keluar dari kemalangan ini? To be continued.

_____________________________________________________________________________

*: lirik dari lagu U2.
**: you're guessing it right....

Tidak ada komentar: